Tradisi Pasang Tetek Melek untuk Mengusir Pagebluk Covid-19

Memasang lukisan tetek melek di depan rumah dipercaya warga Tulungagung untuk mengusir  wabah atau pagebluk Memasang lukisan tetek melek di depan rumah dipercaya warga Tulungagung untuk mengusir wabah atau pagebluk

TULUNGAGUNG : Warga Tulungagung memiliki tradisi unik untuk menangkal pegebluk atau wabah. Warga memasang lukisan Tetek Melek  di teras rumah. Lukisan wajah yang menggunakan media pelepah daun kelapa ini dimaknai sebagai simbol permohonan agar penghuni terhindar dari wabah.

Tradisi lama yang hidup kembali ini pun menjadi peluang sekelompok pemuda di Tulungagung. Mereka membuat Tetek Melek sebagai sumber penghasilan. Hal ini dilakukan, setelah pekerjaan mereka berhenti imbas Covid-19. 

Salah seorang pembuat Tetek Melek Abdul Kholik, mengatakan pembuatan tetek melek ini mereka lakukan sejak sekitar sepekan terakhir. Awalnya ia hanya iseng membuatnya karena teringat cerita orang-orang tua. Yakni memasang tetek melek saat terjadi wabah atau pagebluk. 

"Setelah saya buat dan pasang di depan rumah,justru banyak tetangga yang memesannya. Setelah itu, saya mengajak beberapa rekannya yang saat ini terpaksa menganggur," ujarnya.

Menurut Kholik Tetek Melek sendiri merupakan sebuah seni yang sarat filosofi. Terdiri dari dua kata tetek dan melek  tetek atau teteg dalam bahasa Indonesia berarti tangguh.  Lalu, melek artinya terjaga. Sehingga tetek melek, dimaksudkan sebagai pengingat agar manusia harus tangguh dan selalu waspada dalam menghadapi situasi apapun

"Terlebih saat terjadi wabah seperti covid-19 ini," ujarnya. 

Sementara media pelepah daun kelapa yang dalam bahasa jawa disebut bongkok atau bongkokan. Hal ini mewakili kalimat pasrah bongkokan atau berserah diri. Sehingga tetek melek memiliki makna, setelah melakukan berbagai upaya supaya selamat, kemudian menyerahkan hasil sepenuhnya pada tuhan.

"Itu kan filosofi kehidupan, sebagai manusia kita harus tetap berusaha. Namun hasilnya kami serahkan semuanya pada tuhan,"terangnya.  

Sedangkan gambar wajah seram sebagai simbol penjaga pintu masuk. Tetek melek biasanya dipasang di teras rumah. Konon sebagian masyarakat mempercayai, tetek melek bisa menjadi tolak balak atau penolak marabahaya. 

Tetek Melek karya pemuda Desa Gamping ini dijual bervariasi. Mulai dari harga Rp  10 ribu hingga Rp 50 ribu, tergantung ukuran dan motif lukisan. Selain ditawarkan melalui media sosial, mereka juga menjajakan tetek melek dari kampung ke kampung. Dalam sehari, mereka mampu menjual rata-rata 40 hingga 50 buah. 


(ADI)