Inovasi Crane Otomatis untuk Pemulasaran Jenazah Covid-19

Tim IT Telkom Surabaya menguji coba crane otomatis untuk jenazah covid-19, namun alat ini masih butuh banyak penyempurnaan (foto/metrotv) Tim IT Telkom Surabaya menguji coba crane otomatis untuk jenazah covid-19, namun alat ini masih butuh banyak penyempurnaan (foto/metrotv)

SURABAYA : Institut Teknologi (IT) Telkom Surabaya menciptakan inovasi crane pemulasaran jenazah.  Alat yang berjalan otomatis ini berfungsi membantu tenaga medis dalam mengantarkan dan menguburkan jenazah covid-19 hingga ke liang lahat. 
 
Crane pengantar jenazah buatan IT Telkom Surabaya ini terdiri dari tiga alat dan memiliki fungsi yang berbeda.  Alat pertama adalah keranda otomatis, yang digunakan untuk membawa peti jenazah dari ruang jenazah ke ambulan dan dari ambulans ke liang lahat. Keranda ini digerakkan oleh konsol, yang dipegang oleh operator. 
 
Alat kedua adalah crane, bagian ini dipasang di atas liang lahat dan berfungsi untuk menurunkan peti mati dari keranda ke liang lahat. Agar pemasangan crane tepat ,  dibutuhkan alat bantu berupa rel khusus roda keranda, yang dipasang di sisi-sisi liang lahat. 

Meski crane pengantar jenazah ini dapat berjalan secara otomatis tetap membutuhkan operator untuk mengendalikan jalannya robot ini.  Operator mengendalikan arah gerak keranda dengan menggerakkan joystick yang berada di konsol. 

Rektor IT Telkom Surabaya, Tri Arief Sardjono mengatakan kerja masing-masing alat bagian itu bisa dikendalikan dari jarak jauh.  Misal, untuk membawa peti jenazah ke atas liang lahat,  operator tinggal mengarahkan keranda mendekati liang lahat. Kemudian, operator harus memasang rel roda keranda membujur di atas liang lahat dan crane melintang di atasnya. 

"Setelah itu, operator menaikkan keranda peti jenazah di atas liang lahat dengan menggunakan rel. Ke depan, crane ini akan ditambahkan dengan motor sehingga nantinya crane tidak perlu didorong," ungkap Arief.

Rencananya alat ini akan diproduksi tiga unit. Yakni yang diperuntukkan untuk ambulans di sekitar kampus untuk diujikan kepada pemerintah Kota Surabaya dan satu lagi untuk demo


(ADI)