"Seluruh mahasiswa asal Indonesia, termasuk dari Jatim, berada di asrama. Mereka dalam kondisi aman meskipun belum bisa meninggalkan Wuhan karena transportasi dari dan ke Wuhan ditutup untuk sementara waktu," katanya di Surabaya, Senin, 27 Januari 2020.
Khofifah menjelaskan berdasarkan surat resmi dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok Cabang Wuhan ada delapan mahasiswa program strata satu dan empat mahasiswa program strata dua asal Jawa Timur di antara 93 mahasiswa dan warga negara Indonesia yang berada di Wuhan.
KBRI Beijing, kata Khofifah, selalu memantau kondisi seluruh mahasiswa dan warga negara Indonesia yang berada di Kota Wuhan. PPI Tiongkok Cabang Wuhan juga terus berkoordinasi dengan KBRI dan Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri.
Menurut surat PPI yang diterima Khofifah, akses transportasi dari dan ke Wuhan untuk sementara ditutup. Namun otoritas setempat memastikan distribusi makanan ke Wuhan tidak terganggu.
"Seluruh mahasiswa rata-rata tinggal di asrama dan selalu dalam pantauan kampus. Bahkan, hampir seluruh kampus melakukan tindakan pencegahan dengan memberikan masker, sabun cair, dan termometer gratis kepada mahasiswa," kata Khofifah.
Gubernur terus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, Konsulat Jenderal China di Surabaya, dan Rektor Universitas Negeri Surabaya, untuk memantau kondisi mahasiswa Jawa Timur yang menempuh pendidikan di Wuhan.
"Pemprov Jatim akan melakukan yang terbaik, karena mereka adalah anak-anak Jatim dan ini menjadi perhatian kita. Termasuk di antaranya mengupayakan opsi pemulangan jika itu merupakan langkah terbaik," kata Gubernur.
(IDM)