LAMONGAN: Puluhan pengusaha daging rajungan di pesisir Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, terpaksa gulung tikar. Kondisi ini membuat ratusan buruh pengupas daging rajungan menganggur.
Dari pantuan di Kecamatan Paciran, mini-plant tempat mengupas daging rajungan dan 20 tengkulak rajungan tidak ada aktivitas pengupasan. Sebelumnya, ekspor daging rajungan terutama ke amerika dan pasar eropa dari pesisir paciran Lamongan ini cukup tinggi, nilainya bisa tembus triliunan per tahun.
Harga daging rajungan sebelumnya bisa tembus Rp 450 sampai RP 500 ribu per kilogram. Namun saat ini harga daging rajungan hanya Rp 150 per kilogram. Sejak tiga bulan lalu, eksportir Amerika tiba-tiba mengurangi permintaan daging rajungan.
"Alasan pembeli dari Amerika tidak memesan rajungan dari Indonesia karena kondisi ekonomi luar negeri sedang memburuk. Sehingga tidak lagi menerima daging rajungan dari wilayah Lamongan, " keluh Galih, salah satu pengusaha daging rajungan.
BACA: Gelombang Ganas, ABK Tewas Tersiram Air Panas
Dampaknya, pengusaha daging rajungan di paciran lamongan ini terpaksa gulung tikar alias tutup. Tujuh mini-plan tempat mengupas daging rajungan tutup tidak produksi. Mini-plant tutup sudah tiga hari ini membuat sedikitnya 100 orang karyawan menganggur.
Seminggu lalu, aktifitas ratusan karyawan pengupas daging rajungan masih terlihat di salah satu mini-plan dengan melibatkan banyak pekerja ibu-ibu sebagai pengupas rajungan. Namun saat ini terpaksa memilih tidak beroperasi karena tidak ada pesanan.
"Bukan hanya mini-plan yang tutup, puluhan tengkulak rajungan juga berhenti mengirim ke mini-plan yang sudah menjadi langganan, " ujar Galih.
Selain itu, enam ton meat crab atau daging rajungan senilai Rp 750 juta siap ekspor terpaksa harus masuk mesin pendingin karena tidak ada yang membeli.
Tidak adanya eksportir yang membeli ini juga berdampak pada nelayan rajungan di wilayah Paciran Lamongan. Dari 2.700 orang nelayan rajungan sebagian terpaksa berhenti melaut.
Harga rajungan bercangkang tangkapan nelayan, tiga bulan lalu masih tinggi sekitar RP 150 ribu per kilogram, namun saat ini turun drastis hanya dihargai Rp 25 ribu rupiah per kilogram.
"Terpaksa tidak melakut. Selain karena lokasi tangkapan rajungan terlalu jauh, harganya terus anjlok, " keluh Aus Fatihul Rahim, nelayan rajungan.
(TOM)