BANYUWANGI: Melihat kondisi fisiknya, sulit bagi orang untuk percaya jika pria yang akrab dipanggil Bang Dzoel ini adadalah seorang fotografer desainer profesional.
Namun ketika melihat hasil jepretanya, baru kita akan berdecak kagum. Di dunia fotografi, sosok Bang Dzoel sudah dikenal sebagai fotografer difabel handal dari Banyuwangi. Kali ini, Bang Dzoel berbagi cerita di hadapan mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR).
Ditanya soal pencapaian, Dzoel mengatakan, bahwa hal yang ingin dicapainya adalah bermanfaat bagi orang lain. Menurutnya semua yang ia miliki sekarang itu bukanlah sebuah capaian, karena semua itu bersifat tidak kekal.
Ia juga berpendapat bahwa sesuatu capaian merupakan hal yang dapat dibawa hingga kehidupan selanjutnya, contohnya seperti membangun pohon amal.
BACA: Kisah Ahmad Basri, Muazin Buta Bersuara Merdu dari Banyuwangi
“Pencapaian saya sangat simpel, cuma satu yaitu bermanfaat untuk orang lain,” ungkap Dzoel dalam Bincang Fitop bertajuk “Keterbatasan Bukan Hambatan Menjadi Profesional Fotografer” yang digelar oleh Multimedia Relasi dan HIMAKUA PSDKU Banyuwangi UNAIR, pekan lalu.
Hal menarik yang didapatkannya selama menjadi fotografer, yaitu dapat mewujudkan impiannya untuk keliling dunia, dan keinginan tersebut telah tercapai. Salah satunya pernah diundang wali kota Istanbul, Turki, untuk mengikuti sebuah acara pameran internasional.
Ia beserta crewnya diberangkatkan dan diberi fasilitas selama satu minggu secara gratis oleh walikota Istanbul. Dari cerita ini ia berpesan, agar mahasiswa memiliki target pergi belajar ke luar negeri.
“Ayo kita belajar ke luar negeri, kita cari pengalaman sebanyak mungkin ke luar negeri,” katanya.
Saat ditanya soal keterbatasan, Dzoel menegaskan bahwa stigma negatif, diskriminasi, dan rasa tidak percaya diri merupakan hal yang sejatinya berasal dari diri sendiri. Masalah tersebut yang umumnya membuat seseorang menjadi insecure dan justru lupa untuk selalu bersyukur dengan keadaannya yang sekarang.
“Saya mulai menyadari bahwa semua itu berasal dari diri sendiri, dan ketika mulai bangkit saya lebih percaya dengan kata hati sendiri,” katanya.
“Ibarat fungsi jendela pada setiap sisi rumah untuk melihat sesuatu di luar. Maka kita harus mencoba sesuatu, melihat peluang di berbagai sisi untuk mencapai kesuksesan,” imbuhnya.
Tak Perlu Modal Peralatan Mahal
Dzoel mengatakan, menjadi seorang profesional fotografer tidak bermodal peralatan mahal. Menurut Dzoel, keahlian dalam mengolah kreativitas justru merupakan modal penting untuk menjadi seorang profesional fotografer.
Di samping itu ia berpesan juga untuk tidak secara langsung menerima penawaran kerja yang ada, melainkan harus belajar terlebih dahulu untuk melatih kemampuan.
“Alat itu cuman sebuah media, yang mahal adalah sebuah kreativitas. Kalau saya boleh saran jangan ambil job dulu, belajar fotografi terlebih dahulu. Belajar segitiga eksposure, white balance, picture style, dan lainnya,” ucapnya.
Semangat dan keinginan mulia telah mengantarkan Dzoel mencapai titik yang sekarang. Anggapan orang lain pada segala kekurangan yang ia miliki tidak menjadikannya putus asa dan menyerah.
“Menjadi fotografer merupakan suatu hal yang mudah, menghasilkan foto itu mudah. Menghasilkan seni, itu yang susah,” ujarnya.
(TOM)