LUMAJANG : Dibantu kedua anaknya, Radi (62), warga kampung Umbulan, Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, terlihat mencangkuli reruntuhan rumahnya, Kamis 9 Desember 2021. Sejumlah perabot rumah yang terkubur lahar dan debu Semeru, coba ia sisihkan.
Beberapa kali cangkul Radi ia tancapkan ke tanah. Namun, hingga beberapa kali cangkulan, Radi tak menemukan sisa harta bendanya yang masih utuh. “Tidak ada yang sisa. Semuanya habis. Terkubur lahar Semeru,” ungkap Radi.
Radi menceritakan, dirinya hanya memiliki baju yang melekat saat ini. “Cuma punya baju ini saja. Saat lari menyelamatkan diri cuma bawa baju saja. Semuanya hancur diterjang erupsi Semeru,” tuturnya
Radi mengaku ikut lari saat Semeru meletus. “Saya lari ke arah bawah itu. Tapi ada kayak asap banyak, seperti awan panas putih besar, menyelimuti kampung. Lalu cuaca langsung gelap,” kenang Radi.
Baca Juga : Perhatian Donatur, Stop Kirim Baju Bekas ke Korban Semeru
Jual Murah Ternak
Berbeda dengan Radi, Sulianto yang juga warga Sumbersari memilih menjual ternaknya dengan harga murah. Ia dan sejumlah warga lain nekat menjual rugi ternaknya karena tak mampu lagi merawat hewan ternak miliknya.
Lahan pertanian hingga kawasan padang rumput yang biasanya dijadikan tempat menggembala hewan ternak warga tertutup abu vulkanik. Hal ini menjadikan hewan ternak di sekitar Gunung Semeru tak terurus. Sulianto menjual rugi empat ekor sapinya dan 20 ekor kambingnya.
Saat dijual sejumlah hewan ternaknya mengalami luka dan pembengkakan di bagian telinga, diduga hal ini karena efek material erupsi Gunung Semeru.
"Saya jual rugi semua, daripada nggak bisa dipelihara di sini, semua takut mati. Mau melihara gimana, semuanya jadi abu di sini. Luka di telinga, telinganya membesar jadi nggak normal lagi telinganya besar," ucap Sulianto.
Ia menambahkan, bila yang tersisa dari hewan ternaknya adalah ayam. Itu pun saat ini ada beberapa ayam yang terpaksa terlepas.
"Ayam masih ada tapi lepas, nggak bisa diambil cuma setiap hari dikasih makan juga," kata dia.
Budiono warga lainnya mengaku tengah menunggu pembeli yang akan membeli dua ekor sapi miliknya. Sapi itu ia tempatkan di Lapangan Desa Supit Urang, usai dievakuasi dari rumahnya.
"Dievakuasi ke sini mau dijual ini nunggu yang beli," kata dia.
Hal serupa dialami Irwanto yang terpaksa menjual rugi empat ekor sapi miliknya. Hewan ternak menjadi satu - satunya aset miliknya yang masih tersisa pasca erupsi Gunung Semeru.
"Ada dua ekor sapi saya, saya jual dengan kondisi kemarin keruntuhan kandang, agak luka sedikit tapi masih bisa berdiri. Dua ekor saya jual murah Rp20 juta, kalau normalnya satu ekor Rp28 juta, tadi belantiknya (pembeli sapinya) datang dari Malang datang ke sini," paparnya.
Menurutnya, hasil uang penjualan sapi itu kini menjadi aset yang dimiliki pria berusia 50 tahun ini. Ia berharap kondisi pasca erupsi Gunung Semeru ini bisa segera membaik. "Di sini mau apa - apa juga nggak bisa, semuanya habis ternak saya juga saya jual, kebun dan lahan pertanian saya juga kena material letusan Semeru," bebernya.
Kini dia hanya bisa pasrah dan mengharapkan bantuan agar bisa kembali hidup normal. Saat ini ia dan sekeluarga tinggal di posko pengungsian di SDN Supit Urang 4. Di SDN 4 Supit Urang sendiri terdapat 80 jiwa yang mengungsi imbas erupsi Gunung Semeru.
(ADI)