Unik, Topeng Malangan Ukuran Mikro Diburu Kolektor hingga Museum

Lihong memahat topeng Malangan mikro dengan detail (Foto / Metro TV) Lihong memahat topeng Malangan mikro dengan detail (Foto / Metro TV)

MALANG : Mengenalkan kesenian tradisional khususnya topeng Malangan kepada khalayak dapat dilakukan melalui banyak cara. Salah satunya dengan membuat topeng itu dengan ukuran mini atau mikro.

Di salah satu sudut rumahnya di Jalan Hasanuddin, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang inilah, Muhammad Sugeng berkarya dalam ruang gelap. Sebuah lampu baca menjadi teman setia pria yang akrab dengan sebutan Lihong itu. Dengan cekatan, tangannya memahat setiap topeng Malangan berukuran kecil.

Sebutan topeng mikro sangatlah masuk akal, karena topeng karya Lihong hanya berukuran 1 hingga 3 sentimeter saja. Sementara topeng Malangan berukuran standar, memiliki penampang sama atau sedikit lebih besar dibanding luasan wajah manusia dewasa.
 
Sebelum memulai memahat, Lihong menyiapkan bahan dan alat-alat. Tidak semua jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan topeng malangan mikro.

"Selama ini saya menggunakan kayu kemuning dan sono keling. Alasannya, memiliki serat kayu rapat dan keras," kata Lihong.

Untuk membantu proses pemahatan, Lihong wajib menggunakan kaca pembesar lampu penerangan, sejumlah set mata ukir, bor listrik mini, serta kertas penghalus beragam ukuran.

Ukuran yang super mini, menjadikan lama pengerjaan berlipat ganda dibanding topeng standar.

"Satu topeng dikerjakan kisaran 1 hingga 3 hari tergantung ukuran serta detail karakter topeng," ujar pemuda bertato itu.   

Perbedaan lain dari topeng ukuran biasa, di topeng mikro menghilangkan materi pewarnaan cat. Sementara pengerjaan detail, juga banyak mengalami pengurangan meski tanpa menghilangkan kekuatan karakter wajah dari topeng bersangkutan.

Meski tergolong baru, topeng Malangan mikro karya Sugeng sudah menjadi barang buruan para kolektor benda seni dan unik, serta rumah pamer kerajinan. Bahkan, karyanya dipesam museum benda-benda bersejarah dan kesenian tradisional yang tersebar di sejumlah kota di Indonesia.

Sementara, harga yang ditawarkan pun sangat bervariasi, antara Rp300 ribu hingga jutaan rupiah untuk satu topeng.

"Karena banyak pemesan, saya ingin membuatnya secara massal dengan melibatkan warga atau masyarakat. Hanja itu tak mudah, sebab dibutuhkan tenaga kerja terampil yang memiliki perpaduan keterampilan memahat kayu  dengan ciri khas setiap karakter topeng Malangan," imbuhnya.

Selain itu, kondisi pandemi covid-19 banyak memberikan efek negatif bagi perajin seperti Lihong untuk memasarkan hasil karyanya. Dia harus berjuang merebut kembali pasar yang sudah terbentuk sebelum masa PSBB Korona awal tahun 2020 silam.


(ADI)