Ratusan Warga desa setempat memadati kawasan wisata Tawun. Mereka berkumpul di sekitar sendang untuk menyaksikan tradisi keduk beji yang telah dilaksanakan warga selama ratusan tahun.
Sambil bermain air, mereka bergotong royong untuk membersihkan sampah dan endapan lumpur. Namun, berbeda dengan tahun lalu pengunjung juga dihibur oleh tarian khas ngawi yang dilakukan di tengah sendang.
Dalam tradisi ini, para pemuda desa terlibat dalam seni kecetan. Diiringi musik gamelan, para pemuda menari di tengah kolam dengan membawa tongkat kayu.
Mereka kemudian mencari pasangan, untuk menguji kekuatan fisik dengan bergantian saling pukul dengan tongkat kayu. Meskipun badan sakit terkena pukulan peserta tak boleh marah.
Berbagai aksi unik juga dilakukan warga, di antaranya luluran lumpur putih. Ini dipercaya bisa membuat awet muda. Lumpur tersebut digunakan untuk masker wajah, keramas dan dioleskan kulit. Aktivitas langka ini menjadi daya tarik pengunjung.
Menurut sesepuh Desa Tawun, Supomo kearifan lokal tersebut telah dipertahankan selama ratusan tahun sehingga warga setempat tak pernah kekurangan air untuk minum dan irigasi pertanian.
"Alhamdulillah, daerah lain kekeringan di musim kemarau hingga sulit air bersih. Di desa ini kebutuha air selalu tercukupi," katanya.
(ADI)