Kisah Ahmad Basri, Muazin Buta Bersuara Merdu dari Banyuwangi

Ahmad Basri dibantu tongkat untuk berjalan. (metrotv) Ahmad Basri dibantu tongkat untuk berjalan. (metrotv)

BANYUWANGI: Suara adzan merdu terdengar dari Masjid Baitul Mutaqin di Desa Kalipait, Banyuwangi, Jawa Timur. Suara khas itu selalu terdengar saat panggilan salat datang.

Namun siapa sangka, suara adzan  itu berasal dari seorang pria tua buta bernama Ahmad Basri. Meski memiliki keterbatasan penglihatan, namun ia tak pernah meninggalkan tugas mulianya, mengumandangkan adzan.

Dengan diantar istrinya menggunakan sepeda, Ahmad Basri berangkat ke Masjid Baitul Mutaqin setiap hari. Jarak rumahnya ke masjid cukup jauh untuk seorang tuna netra.

Sejak sepuluh tahun terakhir, penglihatannya mulai kabur karena penyakit yang diderita. Praktis tidak ada aktivitas ekonomi yang bisa dilakukan. Basri memilih menghabiskan waktu di masjid.

Berkat bantuan sang istri, Siti Halimah,  dia mampu menunaikan tugasnya menjadi muadzin dengan baik.  Halimah setiap hari mengantarkan suami menggunakan sepeda dan tongkat sebagai penunjuk jalan.

"Berangkat dari rumah setiap jam sebelas siang dan pulang selepas salat Isya. Kalau subuh berangkat jam empat diantar istri, " ujarnya.    

Ahmad Bisri menggunakan sebuah handphone jadul untuk menandai waktu adzan tiba. Kepiawaiannya mengumandangkan adzan tak lepas dari masa mudanya belajar di Pondok Pesantren Blokagung, Banyuwangi.

Nada adzan yang dikumandangkan Bisri bisa berbagai versi. Bisa menyerupai suara adzan di Masjid Istiqlal hingga suara adzan di Mekkah.

"Belajarnya waktu di pondok dulu, " kenangnya.

Masjid Baitul Mutaqin merasa beruntung memiliki Ahmad Bisri sebagai muadzin. Sebab, sebelumnya tidak pernah ada muadzin yang selalu tepat saat waktu salat tiba.

"Kami beruntung punya Pak Bisri, tidak pernah telat meski pengelihataanya kurang baik. Adzan juga merdu, warga juga senang, " ujar Ali Muslih, Imam Masjid Baitul Mutaqin.


(TOM)