Clicks: Pernahkah beberapa pertanyaan berikut muncul dalam benak kalian, khususnya para pemeluk agama Islam. Seperti, apa rasanya hidup di lingkungan mayoritas muslim selama Ramadan? Lalu, kenapa beberapa nonmuslim akhirnya memutuskan untuk ikut berpuasa saat Ramadan?
Tentu, hidup sebagai minoritas di suatu lingkungan membuat kita menjadi lebih tidak percaya diri, merasa tersingkirkan, bahkan ada pula yang merasa terintimidasi. Tetapi, semua hal yang dirasakan itu menjadi wajar karena timbul secara alami pada diri seseorang.
Seperti di Indonesia, umat Islam sangat menunggu-nunggu bulan puasa. Bukan berarti hal itu juga dirasakan oleh umat lainnya. Dilansir dari Mvslim, salah seorang yang telah tinggal di negara mayoritas muslim selama lebih dari 10 tahun membagikan pengalamannya. Ia merasa Ramadan telah menjadi seperti musim dalam hidupnya, seperti Natal dan Thanksgiving.
Meski begitu, tidak seperti musim liburan di Amerika Serikat atau Eropa, orang tersebut tidak memiliki hubungan kuat dengan Ramadan lantaran ia tidak pernah ikut berpuasa. Ia pun akhirnya mencoba untuk bergabung dengan miliaran orang lainnya dalam menjalankan ibadah puasa di bulan suci. Melalui pengelaman itu, berikut hal-hal yang dialaminya.
1. Pengendalian diri
Sebelumnya, ia pernah mencoba untuk melakukan puasa intermiten. Puasa intermiten merupakan cara makan yang melibatkan puasa jangka pendek secara reguler. Berpuasa saat Ramadan, menurutnya, jauh lebih serius dan lebih ketat ketimbang puasa intermiten.
Pembatasan yang dinilai paling sulit adalah menjaga untuk tidak memasukan cairan apapun dalam tubuh, seperti kopi, teh, hingga air putih. Kendati demikian, dari situ ia merasa seperti mendapatkan kekuatan baru dalam dirinya, yakni kekuatan untuk menahan diri.
Ketika berpuasa, ia juga merasakan panas yang lebih intens dari biasanya. Tetapi, kondisi itu secara bersamaan juga meningkatkan pemahamannya atas kerasnya kondisi puasa Ramadan yang dialami di jantung musim panas Saudi.
2. Persahabatan
Salah satu manfaat tak terduga yang ia dapatkan saat menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan kerabatnya adalah terbentuknya persahabatan. Hampir setiap hari, orang-orang bertanya kepadanya, seperti ‘Apakah kamu masih berpuasa?’. Lalu, ia akan menjawab ‘Ya’. Alhasil, ia pun merasakan hubungannya bersama teman-temannya semakin dekat.
Kenikmatan berbuka puasa bersama juga dirasakan olehnya saat Ramadan. Merasa lega saat mendegar azan magrib, bergabung dengan rekan kerja untuk menunggu waktu berbuka puasa, hingga tertawa bersama usai sahur, merupakan kado istimewa muslim liburan.
3. Kesehatan fisik
Tak jarang, media akan mengangkat banyak artikel atau tayangan yang memuat manfaat dari berpuasa. Selain berfungsi sebagai detoksifikasi, puasa juga terbukti dapat mendorong tubuh ke dalam pembakaran lemak yang tidak terduga.
Baca juga: Kalian Harus Tahu! Ini Respons 7 Organ Tubuh Kita saat Berpuasa
Ia pun mendapatkan dampak baik dari puasa. Pada malam hari, biasanya ia akan merasa kembung dan tidak sehat usai menyantap makan malam yang normal. Sebaliknya, ia menyadari bahwa berbuka puasa tradisional dengan kurma, yogurt, dan air adalah hal yang ia butuhkan untuk meredakan perut hingga larut malam. Selain itu, total penurunan berat badan yang ia alami, yakni sekitar 7 kilogram. Itulah perubahan fisik dan mental yang ia soroti selama berpuasa.
4. Rasa syukur
Menurut ‘Hadith on Tranquility’, Nabi Muhammad SAW disebutkan pernah berkata:
“Kekayaan bukanlah memiliki banyak harta. Sebaliknya, kekayaan sejati adalah kekayaan jiwa.”
Melalui kutipan itu, ia lebih meluangkan waktu untuk bersyukur atas semua kekayaan dalam hidupnya. Ia juga mencatat semua rasa terima kasih dan kemurahan hari yang sama dari orang lain. Akhirnya, ia pun mendotong dirinya untuk mencerminkan hal itu dalam aktivitas sehari-harinya.
Ia menceritakan salah satu pengalamannya saat Ramadan. Ia pernah mengejar mobil ketika petugas toko kelontong salah memasukkan salah satu barang mereka ke dalam tasnya. Sang pengemudi pun terkejut dan memberikannya senyuman lebar ketika ia menyerahkan barangnya, tak lupa ia juga mengucapkan “Ramadan Kareem!”.
5. Kejelasan
Menjalankan ibadah puasa mungkin merupakan pengalaman yang paling transformatif dan yang paling sulit dijelaskan olehnya. Berpuasa selama satu bulan penuh dan berhubungan dengan kolega muslim dengan cara baru memungkinan dirinya untuk berbagi tradisi yang menjadikan Ramadan sebagai bulan paling suci. Alhasil, ia menerima banyak wawasan baru tentang agama dan budaya Arab Saudi. Ia menyebutkan Ramadan pastinya memberikan dirinya waktu dan kesempatan untuk memoles hatinya.
(SYI)