SURABAYA : Salah satu hal yang seringkali menjadi musuh bagi para pendaki adalah keberadaan tanaman berbisa di pegunungan. Ya, tanaman ini bisa menyebabkan gatal atau beracun. Tanaman berbisa merupakan tanaman yang memiliki sifat beracun atau mengandung zat kimia yang dapat menyebabkan iritasi atau bahkan keracunan pada kulit dan tubuh manusia.
Sebagai pendaki, harus waspada terhadap keberadaan tanaman berbisa dan tahu bagaimana menghindarinya atau mengatasi jika terkena dampaknya. Salah satunya yakni tanaman berupa daun Jelatang atau dalam bahasa latinnya disebut Urtica dioica atau ‘Stinging Nettle’.
Daun ini memberikan sensasi panas jika terkena kulit. Bagian daunnya yang tajam juga bisa menusuk kulit dan menyebabkan gatal, kemerahan, serta pembengkakan. Di berbagai daerah di Indonesia, daun jelatang memiliki nama yang berbeda-beda.
baca juga : Mengenal Tanaman Hemlock Water Dropwort, Tanaman Beracun yang Bisa Membuat Orang Mati Tersenyum
Di pulau Jawa tanaman ini disebut Jancukan, di daerah lain juga dinamakan Sarasak, Jelatang Hutan, Jelatang Api dan lain sebagainya. Seperti yang telah dijelaskan, sensasi yang ditimbulkan oleh daun ini layaknya terkena strum listrik, setelah itu akan timbul bekas ruam di kulit dengan durasi rasa gatal yang ditimbulkan tergantung ketahanan tubuh. Beberapa orang mungkin hanya merasakan gatal selama berjam-jam, namun ada juga yang bisa berhari-hari.
Apabila kekebalan tubuh lemah, maka akan terasa sangat menyakitkan bahkan bisa demam sepanjang hari. Meskipun menimbulkan efek yang cukup tak nyaman pada kulit manusia, tanaman ini justru menjadi tempat kupu-kupu berkembang biak. Selain itu, Jelatang juga telah digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit pada ratusan tahun lalu, seperti anemia, disenteri serta masalah pencernaan.
Tanaman ini diketahui mengandung protein, klorofil tinggi, vitamin A, dan C. Meski harus diolah terlebih dahulu atau diekstrak. Diketahui dengan merebus atau mengeringkan Jelatan, akan menghilangkan rasa gatal yang dimunculkan tumbuhan satu ini. Namun, perlu diingat untuk mengolahnya dengan baik agar tidak menimbulkan rasa gatal saat dikonsumsi.
(ADI)