SURABAYA : Kenangan perjalanan Fadly Satrianto, korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Kepulauan Seribu terjun di dunia penerbangan masih terkenang di lingkungan keluarga. Khususnya orang tua Fadly, Sumarzen Marzuki.
Marzuki menceritakan bagaimana awal mula Fadly terjun dalam profesi tersebut. Dia mengatakan, putranya merupakan lulusan Sarjana Hukum Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Setelah lulus, dia bertemu beberapa rekan di luar perkuliahan dan mengenyam pendidikan sekolah pilot di perusahaan milik Nam Air di Bangka Belitung. saat itulah Fadly tertarik bergabung.
"Dia tertarik karena ada temannya yang jadi pilot Lion Air," terangnya.
Karena itu, begitu lulus, dia langsung ikut mendaftar di sekolah penerbangan Nam Air di Bangka Belitung selama 1,2 tahun. Usai pendidikan, Fadly kembali ikut simulator hingga menjadi kopilot di Nam Air.
"Saat itu Fadly sangat bahagia. Sebab, sejak lama memang bercita-cita sebagai pilot," kata Marzuki dengan mata berkaca-kaca.
Diketahui ekstra kru Sriwijaya Air, Fadly Satrianto ikut menjadi penumpang Sriwijaya Air J182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Alumni Unair tersebut masuk dalam manifest penumpang bersama 55 penumpang lainnya.
(ADI)