Taman Nasional Baluran Lepas Dua Ekor Banteng

Pelepasan Tekad dan Patih di Taman Nasional Baluran menjadi sejarah baru konservasi di Indonesia (Foto / Metro TV) Pelepasan Tekad dan Patih di Taman Nasional Baluran menjadi sejarah baru konservasi di Indonesia (Foto / Metro TV)

SITUBONDO : Dua ekor banteng jantan hasil pengembangbiakan alami Taman Nasional Baluran dilepasliarkan ke habitatnya. Kegiatan ini merupakan rekor sejarah konservasi satu satunya di Indonesia yang melepasliar banteng hasil pengembangbiakan semi alamiah ke alamnya. Selain untuk menjaga populasi, pelepasan ini juga sebagai upaya menjaga keragaman genetik banteng di alam Africa van Java ini. 

Dua banteng yang dilepas tersebut telah berumur empat tahun. Mereka dilepas ke padang savana bekol. Sebelum dilepasliarkan, banteng ini telah mengikuti beragam tahap habituasi dengan pembukaan kandang yang lebih luas jangkauanya. Hal ini menjadi proses adaptasi bertahan hidup dan mencari makan di alam liar.

"Selain itu, banteng ini juga telah mendapat pemeriksaan kesehatan oleh tim dokter hewan dan dinyatakan siap untuk dilepaskan," kata Kepala Balai Taman Nasional Baluran, Pudjiadi.

Menurutnya, dua banteng itu dinamakan Tekad yang lahir pada tahun 2014 dan Patih yang lahir pada tahun 2016. Kedua banteng ini juga telah menyumbang anakan baru di kandang sebanyak empat ekor dengan indukan betina banteng. 

"Hasil pemantauan tim, menemukan fakta bahwa jumlah banteng betina di alam lebih banyak dibanding dengan jumlah jantan sehingga laju perkembangbiakanya lamban," terangnya.

Dia menjelaskan, banteng jawa atau "bos javanicus" ini merupakan spesies yang terancam punah dalam versi Iucn red list. Populasi di alamnya diprediksi tidak lebih dari 5000 ekor. 

"Mereka juga terpisah dari kantong-kantong habitat alaminya. Mulai ujung kulon, Meru Betiri, Alas Purwo hingga Baluran Situbondo," terangnya. 

Terisolasinya wilayah sebaran ini membuat ancaman genetik banteng di alam menjadi keprihatinan karena bisa memicu banteng kerdil maupun penyakit genetik lainya.

Catatan terakir jumlah banteng di taman nasional baluran ini terpantau 140 ekor di tahun 2019. Jumlahnya jauh meningkat dari 2015 yang terpantau hanya 44 ekor. 

"Usai dilepasliarkan banteng ini akan dipantau oleh tim khusus pergerakanya selama 3 bulan ke depan dengan menggunakan gps," pungkas Pudjiadi.

Dalam pelepasan itu, hadir pula Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan oleh Dirjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno. 
 


(ADI)