PROBOLINGGO : Anisa (36) dan Sarito (46) dirundung kesedihan. Pasangan suami istri (pasutri) asal Desa Karangbong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo kehilangan buah hatinya sesaat dilahirkan. Namun yang membuat mereka kecewa, yakni bayi tersebut meninggal karena kurangnya penanganan medis dari Bidan Desa dan Puskesmas setempat.
Sarito menceritakan istrinya mengeluh kesakitan di bagian perut pada Kamis 3 Februari 2022 sekitar pukul 12.00. Kemudian, Anisa dibawa ke bidan setempat. Lalu, oleh bidan Anisa disarankan untuk ke Puskesmas Pajarakan.
Namun setelah sampai di Puskesmas, Anisa hanya di-swab dan disuruh pulang dengan alasan tidak membawa Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Keluarga itu pun pulang. Namun saat sampai di rumah, Anisa masih mengeluhkan sakit perut seperti hendak melahirkan.
Mendapati kondisi istrinya, Sarito memutuskan untuk membawa kembali Anisa ke Puskesmas Pajarakan dengan membawa buku Kesehatan Ibu dan Anak. Parahnya, lagi-lagi ia dan istrinya disuruh pulang untuk kedua kalinya. Mereka pun pulang, kemudian sampai di rumah Anisa justru mengalami pendarahan.
Baca Juga : Jatuh Saat Motret Wisatawan, Sopir Speedboat Sarangan Tewas Tenggelam
Sarito pun panik. Dia kembali lagi ke Puskesmas dan memberitahukan keadaan istrinya kepada petugas yang bernama Hotim. Namun petugas menyarankan agar Anisa kembali dibawa ke Puskesmas. “Saya mau bawa istri kembali kesana (Puskesmas) tidak ada mobil,” katanya.
Karena panik, ia mencoba menghubungi bidan desa setempat, namun Sarito disarankan untuk kembali pulang dan menunggu bidan bersama mobil ambulans yang sedang menuju ke rumahnya. Ambulans tak kunjung datang. Hingga akhirnya Anisa melahirkan di kamar rumahnya. Namun naas, bayi yang dilahirkannya meninggal karena tidak ada penanganan medis.
Tak lama kemudian, datanglah bidan desa sebelah ke rumah Sarito. Setelah itu, Anisa dan bayinya yang sudah meninggal dibawa ke Puskesmas Pajarakan menggunakan mobil siaga desa, “Anak saya yang meninggal itu dibawa kembali ke rumah untuk dimakamkan, lalu istri saya baru dirawat di puskesmas satu malam," tandasnya.
Meski mengikhlaskan kepergian buah hatinya namun Sarito berharap kejadian yang menimpanya tak terulang kembali.
Alasan Puskesmas
Kepala Puskesmas Pajarakan, dr. Maulida Rahmani mengatakan permintaan untuk pulang ke rumah kepada pasien selama dua kali berturut-turut karena memang saat dilakukan pemeriksaan medis yang bersangkutan belum ada tanda-tanda pembukaan melahirkan.
“Kami sudah lakukan pemeriksaan, cuma karena belum Inpartu, diperbolehkan untuk pulang,” jelas dr. Maulida.
Maulida menjelaskan, lahirnya bayi sebelum waktunya itu, dimungkinkan karena mengalami masalah dalam kandungannya. Terlebih saat itu yang bersangkutan mengakui kalau tiga hari sebelum melahirkan memang selalu batuk-batuk dan flu. Sehingga kemungkinan flu itu yang membuat rangsangan kepada bayi untuk dilahirkan sebelum waktunya.
Dengan begitu pihaknya langsung melakukan penanganan dan observasi hingga sembuh, dan dipulangkan. Namun sakit itu baru diakui oleh korban setelah kembali ketiga kalinya dengan bayi sudah lahir dalam keadaan meninggal.
“Cuma tidak bilang dari awal kalau sering batuk,” terangnya melalui pesan whatsapp.
(ADI)