BOJONEGORO : Kasus stunting atau masalah kurang gizi kronis masih tinggi di Bojonegoro. Tercatat, kasus tersebut menyebar di 15 desa selama tiga tahun terakhir. Belasan desa itu tersebar di sejumlah kecamatan mulai Balen, Kapas, Kalitidu, Ngasem, Temayang, Gayam hingga Kecamatan Bojonegoro.
Dalam kasus stunting, tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya. Salah satu upayanya melalui sinergi dengan para Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH). Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Bojonegoro, Ani Pudji Ningrum berharap anggota PKH turut memberikan edukasi dan wawasan tentang pencegahan stunting kepada masyarakat.
“Pada 15 desa ini yang menjadi perhatian kami di 2021. Maka dari itu saya berharap kepada Pendamping PKH ikut bersama mengintervensi dan membantu pemerintah dalam rangka penurunan prevalensi stunting,” katanya Rabu 26 Mei 2021.
BACA JUGA : Kades Munggugebang Gresik Mangkir dari Panggilan DPRD
Dia mengatakan, balita yang terdeteksi mengalami masalah stunting terutama lahir dari kalangan keluarga kurang mampu. Hal itu disebabkan beberapa faktor, di antaranya faktor kurangnya gizi hingga faktor kebersihan rumah dan lingkungan.
“Saya berharap saat di lapangan bisa bekerjasama dengan Puskesmas, Bidan Desa atau juga kader Posyandu sesuai desa dampingannya masing-masing,” pinta dokter Ani.
Sementara diketahui, sesuai data Dinkes, tahun 2018 jumlah kasus stunting sebesar 8,76 % (6.941 balita) menurun di tahun 2019 menjadi 7, 45 % (5.868 balita). Dan Februari tahun 2020 turun lagi menjadi 6, 87% atau 5.192 balita.
(ADI)