MALANG: Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa, mengatakan minyak goreng satu harga Rp 14 ribu per liter di Jatim baru tersedia di supermarket atau ritel modern.
Sementara untuk pasar tradisional diberikan waktu penyesuaian selambat-lambatnya satu pekan sejak 19 Januari atau tepatnya 26 Januari mendarang.
"Setelah seminggu, harga minyak goreng ini betul-betul satu harga," katanya usai memantau langsung persediaan minyak goreng satu harga di wilayah Kota Malang, Jawa Timur, Jumat 21 Januari 2022.
Khofifah meminta kepada seluruh elemen masyarakat ikut memantau persediaan minyak goreng satu harga di wilayahnya masing-masing. Sehingga, ketersediaan minyak goreng dengan harga Rp14 ribu per liter betul-betul bisa tersampaikan kepada konsumen.
BACA: Duh, Minyak Goreng Satu Harga di Kabupaten Malang Belum Merata
"Kalau yang tanggal 19 mungkin kita bisa memaklumi stok yang didistribusikan ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan yang cukup besar dari masyarakat. Tapi ini kan hari ketiga jadi saya minta Aprindo tolong monitor dari distribusi yang ada di masing-masing ritel modern," jelasnya.
Mantan Menteri Sosial ini pun mengaku, saat ini tren pembelian minyak goreng di Jawa Timur tengah mengalami peningkatan. Sehingga, ia mengimbau agar terdapat pembatasan pembelian agar ketersediaan minyak goreng merata.
"Jadi sementara untuk bisa memberikan pemerataan terhadap konsumen. Satu orang 2 liter. Biasanya kan ada paket 2 literan itu. Rata-rata disini juga 2 literan," ungkapnya.
Khofifah berharap agar persediaan minyak goreng satu harga tidak menemui kendala dalam beberapa bulan ke depan. Pasalnya, diprediksi permintaan minyak goreng bakal semakin meningkat mendekati Ramadan 2022.
"Stoknya ini pada dasarnya sangat aman hingga 6 bulan ke depan. Kita tentu berharap bahwa bulan depan ini sudah jelang masuk Ramadan. Saya rasa ada peningkatan kebutuhan, jadi masyarakat juga tetap tenang. Nanti masuk Lebaran, masyarakat juga tercukupi kebutuhannya," terangnya.
Kemudian, kata dia, termasuk kebutuhan para pedagang ultra mikro dan pedagang mikro, pedagang kaki lima. Pasalnya, kebutuhan minyak goreng untuk pedagang makanna jadi cukup tinggi.
"Sehingga semua bisa meliputi dari purchasing power masyarakat," imbuhnya.
(TOM)