Kasihan, Bocah 11 Tahun Anak Pembuat Gerabah Hidup dengan Gangguan Saraf Otak

Syifa menemani ibunya membuat gerabah/metrotv Syifa menemani ibunya membuat gerabah/metrotv

JOMBANG: Seorang bocah berusia 11 tahun, di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, divonis mengidap penyakit saraf otak sejak lahir. Ibunya yang bekerja sebagai perajin gerabah kini hanya bisa pasrah melihat kondisi putrinya meski berbagai upaya pengobatan telah dilakukan.

Rumah sederhana yang terbuat dari bambu di Desa Tondowulan, Kecamatan Plandaan, Jombang ini, menjadi tempat tinggal Ainur Syifa, bocah 11 tahun yang diketahui mengidap penyakit saraf otak. Syifa, yang kini kehilangan keseimbangan tubuh, setiap hari harus dibopong sang ibu untuk bergerak dari tempat satu ke tempat lain.

Bocah yang mempunyai cita-cita menjadi seorang dokter gigi ini, tiap hari harus menunggui sang ibu bekerja di dalam rumah. Ibu Syifa, Suryati 52 tahun, mencari nafkah dengan membuat gerabah tradisional berbahan dasar tanah lait guna mencukupi kebutuhan sehari-hari.

BACA:  Hanya Gegara Ini Jadi Alasan Ibu di Surabaya Aniaya Bayinya hingga Tewas

Tidak nampak wajah penyesalan dalam diri Suryati mempunyai anak tunggal yang tampak lumpuh. Sejak bercerai dengan Ayah Syifa, Suryati kini harus berjuang mencari uang, baik untuk makan hingga pengobatan.

Suryati bercerita, ikhwal yang yang dialami putri kesayangannya itu terjadi sejak lahir. Syifa tidak menangis layaknya bayi lainnya pada saat dilahirkan hingga 11 hari lamannya.

Saat Syifa berusia 4 bulan, ia curiga debfab  kesehatan Syifa dan membawanya berobat. Dokter yang memeriksa, kemudian memvonis Syifa mengalami gangguan saraf otak.

“Di USG kan bahasa Inggirs ga bisa baca. Terus dibaca ponakan saya di otaknya ada itu apa kayaknya ada lendir selaputnya, katanya dokternya bilang begitu, " kenangnya.

Dengan penghasilan Rp 300 ribu perbulan, Suryati terus melakukan berbagai upaya pengobatan medis maupun non medis hingga Syifa menginjak usia 9 tahun. Sayang, karena tidak ada perkembangan sang ibu kini memilih pasrah dan menunggu ada keajaiban pada diri Syifa.

"Kalau upaya berobat sudah semampunya begini, tapi masih begitu. Saya nyerah, dalam batin ingin saya obatkan, kaya kondisi begini, dah nyerah udah pasrah. Kalau sudah umur sekian diberi sembuh sudah sembuh.  Keadaan begini, berat juga saya gendong kalau kemana-mana nggak bisa,” ujarnya pasrah.

 

 


(TOM)

Berita Terkait