SURABAYA: Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur belum memiliki langkah solutif untuk menekan tingginya harga kedelai di pasaran.
Kepala Disperindag Jatim, Drajat Irawan, mengklaim telah berkoordinasi dengan para importir guna menekan tingginya harga kedelai di pasaran.
"Kami sudah koordinasi dengan para importir, dan berhasil memperoleh dukungan CSR kedelai, dengan harga yang kompetitif sebesar Rp8.500 dari PT. FKS Multi Agro, Tbk untuk membantu Industri Kecil Menengah (IKM) tahu dan tempe," kata Drajat saat dikonfirmasi, Minggu, 10 Januari 2021.
Drajat menjelaskan harga kedelai mengalami kenaikan sejak dua bulan terakhir, dari Rp7.000 per kilogram (kg) menjadi Rp9.577/kg untuk kedelai impor dan Rp9.652/kg untuk kedelai lokal. Namun ia tak berkomentar apa saja upaya dan solusi yang telah dilakukan sejak adanya kenaikan harga kedelai itu.
Ia hanya menyebut produksi kedelai di Jatim mencapai sebesar 57.235 ton selama tahun 2020, sedangkan kebutuhan konsumsi kedelai sebesar 447.912 ton. Artinya terdapat defisit 390.677 ton yang harus dipenuhi melalui impor.
"Menurut pantauan harga di Siskaperbapo, harga kedelai di Jatim, baik kedelai lokal dan impor memang mengalami kenaikan," jelasnya.
Sedangkan berdasarkan data BPS Jatim pada periode Januari-Oktober 2020, impor kedelai sebanyak 698.191,92 ton mengalami penurunan sebesar 10,31 persen dibanding periode yang sama di tahun 2019. Sementara itu, jumlah panen kedelai pada tiga bulan terakhir juga mengalami penurunan yaitu di Oktober sebesar 10.909 ton, November 10.681 ton, dan Desember sebesar 6.059 ton.
(ADI)