Misteri Api Tertua di Dunia, Belum Pernah Padam Selama Ribuan Tahun

Ilustrasi / Medcom.id Ilustrasi / Medcom.id

SURABAYA : Fenomena api misterius bawah tanah telah menyala dan tak pernah padam selama 6.000 tahun. Api itu disebut Burning Mountain di New South Wales. Saat penjelajah menemukan api pada awalnya mengira itu gunung berapi.

Sebagaimana dikutip dari IFL Science, api misterius berada 30 meter di bawah tanah Gunung Wingen. Letak api yang berada di bawah tanah membuatnya sulit untuk dilihat dan diukur. Namun keberadaannya mudah ditemukan karena kepulan asap yang terus keluar dari gunung.

Ilmuwan tetap mencoba memperkirakan ukurannya. Selain itu, suhu api juga sangat tinggi. Hal ini diungkapkan Profesor Ilmu Api Imperial College London, Guillermo Rein.

"Tidak ada yang tahu ukuran api di bawah Burning Mountain, Anda hanya bisa menyimpulkannya. Itu kemungkinan seperti bola berdiameter sekitar 5 hingga 10 meter, mencapai suhu 1.000 derajat Celcius," kata Rein kepada Science Alert.

baca juga : Gletser di Greenland Mencair 3 Kali Lebih Cepat, Air Laut Naik 1,38 Milimeter

Kemunculan api dipicu karena tumpukan batu bara di bawah gunung. Api kemudian merayap melalui batu bara dengan kecepatan 1 meter per tahun. Perkiraan usiamya diperoleh dengan mengukur jalur api yang membentang sekitar 6,5 kilometer dan laju kebakarannya.

Hingga saat ini tidak ada yang mengetahui pasti kapan fenomena ini dumulai. Selain itu tidak diketahui bagaimana proses awal api terbentuk. Beberapa dugaan terkuat menyebutkan sambaran petir atau api semak yang besar merupakan hal yang memulai fenomena ini.

Jadi kemungkinan besar asalnya bukan dari perbuatan manusia. Profesor Rein, yang mengunjungi Burning Mountain mengatakan panas yang keluar dari api itu membuat area seluas 50 meter di sekitar puncaknya tidak ada tumbuhan apapun. Fenomena serupa juga telah ditemukan di beberapa negara lain.

Sebagai contoh, kebakaran tambang Centralia di Pennsylvania yang terbentuk secara tidak sengaja tahun 1962. Apinya masih menyala hingga hari ini dan diperkirakan bertahan hingga ratusan tahun lagi.

 


(ADI)