BPCB Jatim Eksplorasi Kapal "Titanic" Indonesia

Ilustrasi (Istimewa) Ilustrasi (Istimewa)

LAMONGAN : Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim bersama Pemkab Lamongan akan memulai eksplorasi bangkai kapal  van der Wijck. Kapal mewah yang dijuluki sebagai Titanicnya Indonesia ini diketahui tenggelam di perairan utara wilayah Kecamatan Brondong, Lamongan pada 20 November 1936.

Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho mengungkapkan, untuk mengetahui kondisi terkini dari bangkai Kapal van der Wijck, memang diperlukan eksplorasi. Peristiwa ‘Titanic’ di Indonesia itu harus dibuktikan lagi dengan menelusuri di mana posisi kapal itu.

“Untuk melihat bagaimana kondisi kapal saat ini setelah bertahun-tahun berada di bawah laut, dibutuhkan kegiatan eksplorasi,” kata Wicaksono usai bertemu dengan Bupati Lamongan Yuhronur Efendi untuk melaporkan dimulainya eksplorasi di kantor bupati, Rabu 28 April 2021.

Wicaksono mengatakan, pihaknya memulai ekspedisi dan eksplorasi untuk mencari titik dari kapal mewah pada jamannya itu. Untuk kepentingan eksplorasi ini, pihaknya akan melibatkan 13 orang dari BPCB Jatim.

Wicaksono menambahkan, 13 orang dalam tim dari BPCB Jatim itu terdiri dari 10 penyelam dan 3 untuk tim scuba. Selain untuk mencari titik Kapal van der Wijck, pihaknya juga akan melakukan identifikasi di bawah air terkait bangkai kapal, seandainya berhasil ditemukan.

“Selain mencari titik keberadaan, kami juga akan melibatkan melakukan identifikasi di bawah air apakah benar kapal yang ditemukan tersebut memenuhi ciri-ciri untuk dikatakan sebagai Kapal van der Wijck,” ujarnya.

Terpisah, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengungkapkan, Lamongan siap dan sudah berkomitmen untuk pelaksanaan eksplorasi kapal van der Wijck. Lamongan, menurut Yuhronur, juga sudah berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait, terutama BPCB Jatim.

“Kalau sudah berhasil dieksplorasi, nanti akan kita jadikan sebuah wisata bawah air, yang ke depan insyaallah akan memperbanyak khasanah di Kabupaten Lamongan,” tuturnya seperti dilansir detik.

Untuk diketahui, perairan pantai utara (pantura) Lamongan diduga juga menyimpan harta karun bawah laut. Salah satu harta karun itu adalah bangkai Kapal van der Wijck yang tenggelam di perairan Brondong pada 20 November 1936.

Kisah tenggelamnya Kapal van der Wijck juga menjadi novel dengan judul "Tenggelamnya Kapal van der Wijck", karya Buya Hamka yang kemudian diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama pada 2013.

Bagi warga Lamongan, tenggelamnya Kapal van der Wijck bukan semata-mata cerita novel. Tapi kisah nyata upaya warga Lamongan dalam membantu mengevakuasi korban tenggelamnya kapal mewah pada zamannya itu. Buktinya ada tugu peringatan yang sampai hari ini masih berdiri dan berada di Pelabuhan Nusantara Brondong.


(ADI)

Berita Terkait