Kenaikan PBB Tak Rasional, Mahasiswa Tulungagung Turun ke Jalan

Massa mahasiswa membentangkan spanduk mengencam kenaikan pajak bumi dan bangunan di Tulungagung. (metrotv) Massa mahasiswa membentangkan spanduk mengencam kenaikan pajak bumi dan bangunan di Tulungagung. (metrotv)

TULUNGAGUNG: Puluhan mahasiswa di Tulungagung, Jawa Timur menggelar aksi damai mempertanyakan kenaikan nilai jual obyek pajak (NJOP) dan Pajak Bumi Bangunan  (PBB)  2021. Kenaikan NJOP-PBB  di beberapa wilayah kecamatan dinilai tidak rasional.

Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Badan Eksekutif (BEM) mahasiswa se Tulungagung  melakukan aksi penolakan kenaikan NJOP- PBB   sambil membentangkan berbagai spanduk tuntutan, Senin 5 April 2021.   

Massa bergerak dari Kampus STAI Diponegoro menuju Kantor Bupati Tulungagung dengan berjalan kaki. Massa aksi kemudian melakukan dialog dengan pihak Pemkab Tulungagung yang diwakili Sekretaris Daerah, Sukaji.

Koordinator aksi, Mahda Fuad Amirudin mengatakan pihaknya belum bisa memastikan berapa persen warga yang menolak kenaikan NJOP-PBB. Sebab hingga saat ini surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) belum seluruhnya diterima masyarakat.

“Yang pasti, kenaikan NJOP ini berdampak pada kenaikan PBB yang memberatkan masyarakat. Kenaikannya tidak rasional, “ protesnya.

Berdasarkan survei yang dilakukan pihak mahasiswa, kebaikan NJOP di wilayah dataran antara 3 hingga 4 kali lipat dari tahun sebelumnya. Bahkan di wilayah pesisir kenaikan terjadi hingga 13 kali lipat.

“Untuk itu  kami minta ada evaluasi terkait kebijakan kenaikan NJOP ini, “ tandasnya.

Sementara  Sekretaris Daerah Tulungagung,  Sukaji  mengakui polemik kenaikan NJOP  saat ini terjadi karena kurangnya sosialisasi. Sebab, kenaikan PBB paling tinggi  hanya sebesar 25 persen dari tahun 2020.

“Kenaikan NJOP sangat penting untuk melihat potensi bumi di Tulungagung . Penetapan NJOP baru ini  untuk menyesuaikan nilai bumi sebenarnya. PBB di tahun 2021 ini  mengalami kenaikan paling tinggi sebesar 25 persen dari tahun 2020.  Dipastikan juga  stimulus PBB  akan diberikan selama 3 tahun, “ ujarnya.

Sukaji  menambahkan seluruh SPPT  ditargetkan selesai terbagikan akhir April mendatang . Saat ini masih sekitar 40 persen SPPT yang belum terbagikan  akibat adanya penolakan dari sejumlah kepala desa .

“Jika ada warga yang merasa keberatan dengan kenaikan NJOP ini diimbau untuk menyampaikan ke Bapenda untuk di kaji ulang.  Saat ini  sudah ada tiga warga yang menyampaikan keberatan dan telah di verifikasi. Hasilnya dinyatakan layak untuk diberi keringanan, “ ujarnya.  

 


(TOM)

Berita Terkait