SIDOARJO: Kisah perempuan bernama Sujiati dari Kota Udang, Sidoarjo, ini layak diacungi jempol. Berkat usahanya, ia mampu memberikan nafas kehidupan baru bagi rekan-rekannya yang menjadi korban PHK.
Sebelumnya, Sujiati bekerja sebagai koordinator di sebuah pabrik yang memproduksi sepatu dan sejenisnya. Namun, dengan tekad yang bulat, ia memutuskan berhenti menjadi karyawan pabrik dan mulai merintis usaha menggunakan hasil tabungannya selama bekerja.
Berbekal skill menjahit di pabrik, Sujiati mampu menghasilkan produk kerajinan kulit dan penjahitan sepatu dengan standar brand yang dijual di mall. Ia memulai usaha produksi kerajinan kulit berupa produksi sandal dan sepatu bersama temannya pada 2019.
Pada 2020, banyak rekan sejawatnya di pabrik yang terdampak PHK. Ia pun tergerak untuk mengajak 25 orang perempuan mantan karyawan pabrik ikut memproduksi kerajinan kulit secara mandiri seperti dirinya.
Namun, tidak seperti Sujiati yang memang telah menyisihkan uang tabungan untuk berusaha, rekan-rekannya tidak memiliki modal sepeserpun. Sujiati tidak kehabisan akal, selain membutuhkan tambahan bahan baku, ia juga ingin rekan-rekannya kembali mampu memberi nafkah untuk keluarganya.
BACA: Bappenas Buka Lowongan Kerja untuk Posisi IT, Ini Syaratnya!
Ia pun memutuskan untuk bergabung menjadi nasabah PNM Mekaar untuk mendapat tambahan modal sekaligus memboyong 25 rekan-rekannya untuk menjadi anggota kelompok yang dipimpin oleh dirinya. Baginya, mengajukan pinjaman di Mekaar mudah dan merasa sangat terbantu oleh Account Officer (AO) yang mendampinginya menjalani usaha.
“Ini alasan utama saya gabung Mekaar dan ajak teman-teman saya. Sebagai ketua kelompok, saya yang bertanggung jawab atas lancarnya cicilan mereka, saya yang pilih anggota kelompok saya sendiri yang saya sudah kenal bertahun-tahun seperti apa mereka,” jelas Sujiati.
Sekitar 25 rekan sejawatnya pun ikut membantu produksi kerajinan kulit di rumah Ibu Sujiati dan memasarkan produk-produknya kepada calon pembeli. Berkat kegigihannya membantu perempuan lain di masa sulit, jalan seluas-luasnya terbuka baginya.
Produk hasil jahitannya semakin tumbuh hingga dilirik pabrik di Kota Solo untuk memproduksi sepatu kulit. Hingga kini, Sujiati bukan hanya mampu mensejahterakan keluarganya tetapi juga telah membuka lapangan pekerjaan kepada kurang lebih 100 karyawan di rumahnya.
“Hidup tanpa penghasilan tetap saja sudah berat apalagi sampai kena PHK, tapi kita sebagai sesama perempuan bisa saling mendukung satu dengan yang lain,” tutupnya.
(TOM)