Dia menyebut Banyak hal yang perlu dilakukan, termasuk mengidentifikasi program yang belum berjalan. Menurut laporan kepala Bappeda, Bojonegoro mengalami penurunan kasus stunting dari 24 persen menjadi 14,1 persen.
“Ini sudah mendekati angka yang ditargetkan secara nasional. Dan ini merupakan kerja keras kita semua,” ujar Adriyanto dikutip dari laman resmi Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Kamis, 27 Juni 2024.
Pj Bupati juga memberikan apresiasi kepada seluruh stakeholder yang telah berkontribusi dalam penurunan stunting di Bojonegoro. Namun, ia mengingatkan bahwa angka stunting yang masih berada di 14 persen menunjukkan masih banyak anak yang terkena.
“PR bagi kita semua adalah jangan sampai jangan ada anak stunting baru di wilayah Bojonegoro,” tambahnya.
Adriyanto juga mengajak masyarakat untuk menjaga pola hidup sehat dan menciptakan inovasi baru guna menekan angka stunting.
Kepala Bappeda Bojonegoro, Anwar Muktadlo, menjelaskan bahwa Rembug Stunting yang digelar pada Rabu, 26 Juni 2024, melibatkan pemangku kepentingan lintas sektor dan berbagai pihak terkait. Gelaran ini membahas dan menyepakati pemanfaatan sumber daya dalam percepatan penurunan stunting.
Berdasarkan rilis Kementerian Kesehatan yang bersumber dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024, prevalensi stunting di Bojonegoro turun menjadi 14,1 persen pada 2023. Turun 10,2% dari temuan pada 2022.
“Kabupaten Bojonegoro masuk peringkat 6 di Jawa Timur terkait capaian penurunannya,” kata Muktadlo.
Muktadlo juga menyatakan bahwa Rembug Stunting bertujuan mengoptimalkan pelaksanaan program spesifik dan sensitif dalam percepatan penurunan stunting di desa-desa, serta fokus penurunan stunting pada 2025. Pemerintah bersama lembaga masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi, dan media massa diharapkan dapat mendukung Bojonegoro sebagai Kabupaten Zero New Stunting.
“Berdasarkan audit kasus stunting yang dilaksanakan oleh DP3AKB dan Dinas Kesehatan, menunjukkan faktor perilaku dan pola asuh menjadi faktor determinan utama penyebab stunting,” jelasnya.
Muktadlo menambahkan bahwa Rembug Stunting juga bertujuan meningkatkan peran desa dan kelurahan dalam percepatan penurunan dan pencegahan stunting. Pada tahun 2025, fokus penanganan stunting di Bojonegoro akan berada di 17 desa dari 13 kecamatan, berbeda dari lokus 2023 dan 2024.
“Ini menunjukkan bahwa beberapa desa yang dalam dua tahun masuk dalam lokus telah tertangani dengan baik,” tuturnya.
(SUR)