SURABAYA : Beberapa hari lalu,media sosial dihebohkan dengan info grafis yang dibuat oleh salah satu lembaga dakwah islam. Pasalnya, mereka mengharamkan penggunaan bra bagi para muslimah. Fatwa ini, seolah dimunculkan untuk menyambut hari tanpa bra internasional yang diperingati setiap tanggal 13 Oktober.
Mungkin juga, keduanya tidak memiliki hubungan sama sekali. Kali ini, kita tidak akan membahas mengenai fatwa yang kontroversial dan telah banyak mendapat komentar itu. Melainkan, memahami apa sebenarnya no bra day dan kenapa kampanye ini digaungkan.
Bra atau kutang, selama ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam diri perempuan. Sejak pertama mengalami siklus menstruasi dan mulai tumbuhnya payudara di masa awal remaja, para perempuan akan mengenakan bra.
Kebanyakan dari kita bahkan, tak pernah bertanya kenapa perempuan harus mengenakan bra. Artinya, ia sudah menjadi bagian dari kewajaran berbusana. Malahan, ketika ada perempuan yang memilih untuk tidak memakai bra, ia akan dianggap tidak wajar dan perlu dipertanyakan keputusannya.
Baca Juga : Masih Pandemi, Nikmati Jelajah Tembok China Secara Virtual Google
Salah satu faktor terbesar kenapa bra tidak pernah digugat penggunaannya di masyarakat kita adalah karena manfaat fungsionalitasnya. Sebagai bagian dari pakaian dalam, bra dinilai memiliki fungsi yang memang dibutuhkan bagi perempuan. Untuk melindungi payudara dari gesekan pakaian dan menjaga pergerakan bra agar aktivitas sehari-hari dapat dilakukan dengan lebih nyaman.
Mungkin, kebanyakan dari kita masih beranggapan bahwa kampanye no bra day sebagai ajakan bersifat vulgar. Mengajak para perempuan untuk berpenampilan tak senonoh atau semacamnya. Namun, kampanye ini jauh lebih luas dari itu, sebenarnya.
Sesuai namanya, peringatan ini mengajak para perempuan untuk tidak menggunakan bra. Alih-alih sebagai perayaan yang vulgar, No Bra Day adalah gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya kanker payudara. Diperingati di Bulan Peduli Kanker, kampanye ini hendak mengingatkan bahwa kanker payudara adalah kelainan kesehatan yang berbahaya dan mematikan.
Banyak penelitian menyatakan bawha satu dari delapan perempuan akan menderita kanker payudara. Mulai dari kanker stadium ringan, sampai bisa mematikan. Meski paling sering terjadi pada wanita yang berusia di atas 50 tahun, kanker ini bisa menyerang siapa saja, tak memandang usia maupun gender.
Mereka yang harus berjuang melawan kanker payudara harus menyembunyikan kenyataan bahwa payudara mereka diangkat, caranya yaitu dengan mengenakan prostesis. Akibatnya, mereka tidak bisa pergi tanpa bra. Bagi kalian yang sehat, menghabiskan barang sehari saja tanpa bra, dapat meningkatkan kesadaran dan membantu mencegah wanita lain mengalami hal yang sama.
Sebenarnya, awal mula dari Hari Tanpa Bra Sedunia ini masih belum jelas. Ada sumber yang mengatakan perayaan awalnya dilakukan pada tahun 2011. Dimana merujuk pada sebuah peristiwa pada 9 Juli 2011 dan 19 Oktober 2011. Pada bulan Juli, seseorang dengan nama samaran Anastasia Donuts, menyusun Hari Tanpa Bra Nasional untuk meningkatkan kesadaran kanker payudara.
Sementara pada bulam Oktober seorang dokter bernama Drm Mitchell Brown membuat Hari Bra (Breast Reconstruction) di Kanada, yang mana merupakan acara belajar dan berbagi untuk meningkatkan kesdaran bagi perempuan. Tiga tahun kemudian, barulah 13 Oktober menjadi tanggal diperingati dalam Bulan Peduli Kanker Payudara Nasional.
Peringatan ini bukannya tak menghadirkan kontroversi. No Bra Day sempat menuai kritikan dari banyak orang, mereka menganggap perayaan ini lebih banyak menggambarkan tubuh wanita secara seksual daripada meningkatkan kesadaran akan kesehatan wanita. Ditambah lagi beberapa orang yang menunjukkan bahwa berjalan-jalan tanpa bra tidak banyak berkontribusi pada penelitian kanker.
Meski begitu, Hari Tanpa Bra ini tetap bisa menjadi pengingat dan perhatian akan kanker payudara. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk merayakan hari ini, tidak selalu berhubungan dengan pose tanpa bra di media sosial.
Kalian bisa menjadwalkan pengecekan payudara dengan dokter, menggalang dana untuk para penderita kanker payudara, atau mungkin sekedar membagikan informasi tentang kanker payudara di media sosial.
(ADI)