Untuk memastikan, tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Jawa Timur saat ini sedang melakukan eskavasi. Kegiatan ini merupakan program lanjutan dari zonasi yang dilakukan BPCB pada tahun 2017 silam yang difasilitasi Pemerintah Kota Kediri.
Saat itu, BPCB menemukan titik yang dicurigai sebagai benda cagar budaya dengan keberadaan mata air yang disekitarnya nampak susunan batu pada permukaan tanah. Hari kedua eskavasi, ditemukan lagi struktur batu bata merah yang diperkirakan bagian depan bangunan.
Arkeolog BPCB Jawa Timur, Nugroho Harjo Lukito mengatakan, rencananya hingga dua pekan ke depan pihaknya akan membuka secara keseluruhan bangunan yang tertutup tanah dan irigasi warga di sisi utara.
“Meski belum bisa memastikan era kerajaan mana, namun secara umum patirtan yang berada di Bukit Badung ini sama dengan era tiga candi yang ditemukan sebelumnya. Yakni era kerajaan Kediri yang terus dimanfaatkan hingga era Majapahit, “ ujarnya.
Temuan patirtan ini, lanjut Nugroho, ada korelasi secara religi dengan temuan candi sebelumnya. “Pada jaman itu petirtaan tersebut digunakan sebagai tempat mensucikan diri sebelum mereka menuju puncak atau candi, “ jelasnya.
Sementara Kepala Disbudparpora Kota Kediri, Nur Muhyar mengatakan terkait pemanfaatan kawasan ini, Pemerintah Kota Kediri masih akan menunggu rekomendasi tim BPCB setelah ekskavasi rampung dilakukan.
“Apakah akan dimanfaatkan sebagai wisata religi, atau wisata berkonsep alam dengan menitik beratkan pada kesehjateraan masyarakat sekitar, “
Terakhir, BPCB Jawa Timur melakukan eskavasi sebuah candi di kawasan Gunung Klotok pada pertengahan Agustus 2019 lalu yang diperkirakan masih ada korelasi dengan patirtan yang saat ini dilakukan eskavasi.
(TOM)