SURABAYA : Film Fast X yang merupakan franchise saga Fast and Furious sudah tayang di seluruh bioskop Indonesia. Film ini sangat identik menampilkan mobil-mobil super keren dan super kencang. Film ini dikabarkan telah menghabiskan biaya produksi mencapai 340 juta dolar AS atau setara Rp5,05 triliun.
Biaya tersebut sangat tinggi dibandingkan sembilan film Fast and Furious sebelumnya. Situs Dexerto menyebutkan film perdana The Fast and The Furious yang rilis pada 2001 hanya menghabiskan dana sebesar 38 juta dolar AS atau saat itu sekitar Rp418 miliar. Sedangkan Fast 9 yang rilis dua tahun lalu bahkan biaya produksinya mencapai 200 juta dolar AS atau sekitar Rp2,9 miliar.
Jadi hingga saat ini Fast X merupakan film franchise Fast and Furious yang paling mahal biaya produksinya. Kenyataannya, biaya produksi dengan angka besar itu justru tidak hanya dihabiskan untuk mobil-mobil super keren dengan adegan-adegan nekatnya. Alih-alih uang sebesar itu paling banyak dihabiskan untuk membayar aktor dan aktris yang ikut ambil peran di film yang disutradarai oleh Louis Leterrier itu.
Apalagi dalam film-film tersebut semakin banyak aktor dan aktris papan atas ikut terlibat. Beberapa nama baru yang tanmpil seperti Brie Larson, John Cena, dan Jason Momoa mau tidak mau membuat produse film tersebut harus merogoh kocek lebih dalam lagi.
"Dengan biaya produksi yang terus membengkak ini, Fast X menempatkan diri dalam bagian tujuh film paling mahal yang pernah dibuat," sebut Dexerto.
Sementara Digital Fix menyebutkan film terbaru Dominic Toretto tersebut harus bisa mendapatkan keuntungan sebesar 1 miliar dolar AS atau mencapai Rp14,8 triliun agar tidak merugi. Fast X diperkirakan mampu mencapai jumlah tersebut. Pasalnya dalam tiga hari pemutaran saja film tersebut sudah meraup keuntungan sebesar 67 juta dolar AS atau sekitar Rp996,6 miliar.
Angka tersebut cukup fantastis mengingat banyak kritikus film justru menilai buruk film tersebut. "Fast X harusnya bisa mengembalikan lagi penggemar lama film tersebut yang telah lama tidak menonton lagi," sebut kritikus film dari ComicBook, Spencer Perry.
(ADI)
