Kapolri Sebut Ada 11 Tembakan Gas Air Mata ke Penonton, Ini Alasannya

Kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga  Persebaya vs Arema FC (Foto / Istimewa) Kericuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Persebaya vs Arema FC (Foto / Istimewa)

MALANG : Selain mengumumkan 6 tersangka, Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo juga menyebut jumlah tembakan air mata sebelum tragedi Kanjuruhan. Ada 11 tembakan gas air mata yang dilakukan oleh anggota Polri dalam Tragedi tersebut. Dari 11 tembakan 7 diantaranya ditembakan ke tribun selatan atau Curva Sud.

Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo mengatakan, alasan penembakan gas air mata karena anggota Polri melihat semakin banyak penonton yang turun ke lapangan. Kemudian 11 personel menembakan gas air mata ke tribun selatan kurang lebih 7 tembakan, tribun utara 1 tembakan dan ke lapangan 3 tembakan.

Akibat tembakan gas air mata mengakibatkan para penonton terutama yang ada di tribun kemudian panik merasa pedih. Dan kemudian berusaha untuk segera meninggalkan arena. “Di satu sisi tembakan tersebut dilakukan dengan maksud untuk mencegah adanya penonton yang kemudian turun ke lapangan itu bisa dicegah,” ujar Listyo.

Listyo mengungkapkan saat penonton berusaha keluar dari tribun terhalang oleh akses pintu yang sempit. Bahkan saat penonton keluar dari stadion tidak ditemukan penjaga pintu atau match steward yang bertanggung jawab. Aremania yang berusaha untuk keluar stadion khususnya di pintu 3, 10, 11, 12, 13, dan 14, sedikit mengalami kendala.

baca juga : Ini Peran Tersangka Dirut LIB Akhmad Hadian Lukita dalam Tragedi Kanjuruhan

“Karena ada aturan di tribun ataupun di stadion ini ada 14 pintu. Seharusnya 5 menit sebelum pertandingan berakhir. maka seluruh pintu tersebut seharusnya dibuka. Saat itu, pintu dibuka namun tidak sepenuhnya hanya berukuran kurang lebih 1,5 meter dan para penjaga pintu atau steward tidak berada di tempat,” kata Listyo.

Berdasarkan pasal 21 regulasi keselamatan dan keamanan PSSI. Keamanan harusnya sudah berada di tempat selama penonton belum meninggalkan stadion tetapi saat itu tidak ada. Polri juga menemukan besi melintang setinggi kurang lebih 5 centimeter di pintu sehingga mengakibatkan suporter menjadi terhambat saat akan melewati pintu.

“Kalau pintu tersebut dilewati oleh jumlah penonton dalam jumlah banyak sehingga kemudian terjadi desak-desakan yang menyebabkan kemudian terjadi sumbatan di pintu-pintu tersebut hampir 20 menit. Dari situlah kemudian banyak muncul korban. Ada korban yang mengalami patah tulang yang mengalami trauma di kepala, dan juga sebagian besar yang meninggal mengalami asfiksia,” pungkasnya.


(ADI)