TUBAN : Kegiatan ritual di petilasan Perapen Mpu Supo yang berada di Desa Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban, sebenarnya sudah menjadi tradisi tersendiri bagi warga setempat. Ritual itu biasa dilakukan oleh warga saat menjelang masa panen. Karena ritual itu diyakini bisa mencegah turunnya hujan saat mereka panen.
“Sudah biasa warga ritual di sini. Warga melakukan ritual minta supaya tidak hujan. Warga desa menganggap tempat itu merupakan peninggalan kakek buyut yang sudah dikeramatkan,” ujar Mariyem (56), salah satu warga Desa Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan.
Menurut warga, korban bernama Marsih (66) yang meninggal di area petilasan Mpu Supo itu juga diketahui sedang melakukan ritual. Marsih membakar dupa dan kemenyan di area petilasan yang terdapat belerangnya itu. “Ritualnya ya bakar-bakar di dalam lokasi,” sambung warga yang berada di sekitar lokasi petilan Mpu Supo.
Baca juga : Ibu dan Anak di Tuban Tewas Saat Gelar Ritual di Petilasan Empu Supo
Sementara itu, Kapolsek Grabagan Iptu Darwanto membenarkan bahwa Marsih (66) meninggal di lokasi tersebut karena sebelumnya melakukan ritual sendirian. Korban yang tidak kunjung pulang kemudian berusaha ditolong oleh Mariyanto (45), yang tak lain adalah anak kandung korban.
“Dari keterangan para saksi, korban melakukan ritual sebelum panen. Dari TKP kita amankan kemenyan, manggar jagung, korek api, yang digunakan ritual serta satu bongkah batu belerang,” katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah warga yang tinggal di kawasan Petilasan Perapen Mpu Supo, Desa Dermawuharjo, Kecamatan Grabagan, digemparkan adanya dua warga yang tewas di lokasi kramat itu. Korban adalah Marsih (66) dan Mariyanto (45), yang merupakan ibu dan anak.
(ADI)