JAKARTA : Keterbukaan informasi dan perkembangan dunia digital yang membawa perubahan interaksi digital, pada kenyataannya bukan hanya memberikan kemudahan dan dampak positifnya untuk kehidupan. Hal itu menjadi keresahan para orang tua yang anak-anaknya lebih sibuk dengan gawai atau gadget. Masyarakat Indonesia perlu mendapatkan literasi digital, terutama sejak dini anak-anak harus mendapat bimbingan dari orang tua terkait penggunaan gawai.
Pendiri Yayasan Semai Jiwa Amini, Diena Haryana mengungkapkan orang tua memiliki peran penting melindungi anak dari kesibukannya dengan gadget atau gawai. Caranya yaitu dengan orang tua berkomunikasi dan memberikan literasi digital di rumah. Berikut beberapa tips untuk para orang tua agar anak tidak terobsesi atau kecanduan gadget.
1. Buat suasana yang menyenangkan di rumah
Orang tua bisa aktif memberikan kegiatan yang dilakukan bersama seperti bermusik, sesekali berkemah, atau bersepeda bersama keluarga di waktu tertentu saat akhir pekan atau libur.
2. Atur waktu saat anak mengakses gadget
Mereka yang bisa dilihat dari rentang usia anak. Untuk anak 1 hingga 1,5 tahun sebaiknya jangan diizinkan untuk memegang gadget. Usia 1 hingga 5 tahun cukup satu jam, sementara usia 6 hingga 12 tahun waktu mengakses adalah 2 jam per hari. Untuk usia 13 hingga 15 tahun yaitu 3 jam per hari, semuanya harus ada jeda waktu.
“Saat sedang butuh video call dengan ayahnya, ibu di rumah sebaiknya yang memegang gadget tersebut sehingga anak paham bahwa gawai itu wilayah kekuasaan orang tua,” kata Diena.
3. Tentukan zero zone,
Yaitu zona bebas gadget misalnya di ruang tidur dan ruang makan. Dengan begitu anak terbiasa untuk lebih sibuk dengan dunia nyata dan tidak kecanduan gadget.
4. Hindari memberikan gadget atau gawai untuk menenangkan anak.
Beri anak crayon, buku, atau sepeda untuk membuatnya tetap sibuk dengan dunia nyata, bukan menjadi kecanduan gadget.
5. Jangan ada penambahan screen time di pengaturan gadget.
Untuk keamanan pasang parental control pada gawai anak. Orang tua juga bisa berteman dengan anak di sosial media, namun bukan untuk mengawasi namun untuk melihat siapa teman-teman mereka. Hal itu dilakukan agar orang tua bisa mengetahui anak aman di dunia digital.
(ADI)