SURABAYA : Peralihan musim yang terjadi 2022 ini mengalami keterlambatan sehingga menyebabkan musim hujan lebih panjang atau biasa disebut Fenomena La Nina. Untuk menghadapi kondisi ini, masyarakat diminta untuk berhati-hati dengan potensi bencana hidrometeorologi.
Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangkalan Rizal Moris mengatakan, berdasarkan hasil rilis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peralihan cuaca yang mengalami keterlambatan disebabkan masih aktifnya beberapa fenomena dinamika atmosfer skala global-regional yang cukup signifikan.
Bahkan perubahan cuaca yang terjadi saat ini cukup berbeda dengan peralihan musim di tahun lalu. Akibatnya, tahun ini kemarau mundur. Meski begitu, hasil identifikasi masih cukup aktif dengan kategori lemah. “Cuaca ini juga berpengaruh terhadap penyediaan uap air secara umum di atmosfer Indonesia,” terangnya, Selasa 19 Juli 2022.
Selain itu, dalam skala regional, terdapat beberapa fenomena gelombang atmosfer yang aktif meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan. Sehingga selain kemarau yang berlanjut, ada potensi hujan yang nantinya akan terjadi di wilayah Bangkalan selama sebulan ke depan.
Baca juga : 6 Bulan Kekeringan, 250 Keluarga di Jember Lor Krisis Air Bersih
Meski saat ini sebagian besar wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau, akibat adanya fenomena atmosfer tersebut kemudian memicu terjadinya cuaca turunnya hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk wilayah di Jawa Timur. Untuk itu, diimbau masyarakat waspada terhadap kondisi tersebut.
“Kami mengimbau kepada masyarakat, untuk waspada terhadap kemungkinan adanya potensi hujan yang mampu menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, cuaca ekstrem dan angin kencang,” tandasnya.
(ADI)