6 Sapi di Lumajang Mati, Obat PMK Telat

Wabup Lumajang Indah Amperawati/MGN Wabup Lumajang Indah Amperawati/MGN

LUMAJANG: Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di Lumajang Jawa Timur semakin mengganas. Dalam sepekan ini,  enam ekor sapi milik warga Desa Bades, Pasirian  ditemukan mati.

Keterbatasan dokter hewan dan tersendatnya pasokan obat-obatan membuat jumlah ternak yang terpapar sampai saat ini mencapai 3.000 ekor dan 17 di antaranya mati. Penyebaran wabah PMK di Kabupaten Lumajang hampir merata di sejumlah wilayah dengan jumlah kasus terbanyak ada di Kecamatan Pasirian.

Menghadapi masalah ini, Wakil Bupati (Wabup) Lumajang Indah Amperawati tengah mengusulkan untuk menambah petugas dari unsur lain yang akan bekerja di bawah pengawasan petugas kesehatan hewan.

"Kami sedang mendiskusikan untuk menambah petugas kesehatan dari unsur lain dan akan dikawal langsung oleh petugas ternak," kata Indah di Lumajang, Rabu (8/6/2022).

BACA: Minta Maaf, Sopir Pikap Maki Polisi Dibebaskan

Terkait terbatasnya jumlah obat yang tersedia, Indah mengaku Dinas Pertanian Lumajang sudah memesan obat-obatan langsung ke pabrik farmasi dan diperkirakan akan tiba dalam pekan ini.

"Obat-obatan akan dijanjikan tiba minggu ini, karena saya pikir pabrik farmasinya juga sedang melayani banyak antrian pemesanan obat dari kabupaten atau kota lainnya di Jawa Timur," jelasnya.

Diketahui, selain menyerang sapi, wabah penyakit mulut dan kuku juga sudah menyebar ke hewan ternak lain seperti kambing, domba, babi hingga kerbau.

Berdasarkan informasi petugas kesehatan hewan Lumajang, anak sapi yang induknya terkena wabah PMK 80% tidak bisa bertahan hidup lebih lama. Sementara untuk domba hanya bisa bertahan hidup enam persen saja. Ironisnya, serangan PMK pada babi, 100% tidak bisa bertahan hidup sama sekali.

 

 


(TOM)