TULUNGAGUNG : Di saat bisnis tengah lesu akibat pendemi, pengerajin stool tong justru kebanjiran orderan. Pasanan mengalir dari dalam hingga luar kota Tulungagung. Meski dari bahan bekas dan sedikit mendapat sentuhan seni lukis, membuat stool tong bernilai ekonomis.
Nanang Wahyudianto merupakan pria yang memiliki gagasan pembuatan stool tong itu. Warga Desa Pulosari, Kecamatan Ngunut, Tulungagung mampu menyulap kaleng wadah cat maupun mentega bekas, menjadi produk kursi tanpa sandaran atau stool tong.
Bentuknya yang unik, membuat stool tong yang cantik dan unik ini banyak diminati.Biasanya pemesan akan meletakkanya di teras rumah maupun untuk furnitur di kafe. Bahkan di dalam kursi dapat juga digunakan untuk meletakkan barang-barang agar tidak tercecer.
Kemudian untuk proses pembuatannya, Nanang tinggal menyiapkan bahannya. Yakni, kaleng wadah cat bekas ukuran 20 liter. Setelah itu, kaleng dibersihan sisa isi dalam kaleng, hingga membuat papan kayu dudukan yang terbuat dari bekas kayu palet.
Untuk lebih menarik dan menaikkan harga jual, kaleng yang telah di beri warna dasar, di lukis dengan gambar yang menarik atau sesuai dengan keinginan dari pemesan.
"Proses pembuatannya untuk satu set stool tong, berisi 4 buah stool tong bisa kami kerjakan selama 2 hari," ujar Nanang.
Menurutnya, selama pandemi covid-19 ini pesanan berdatangan baik dari wilayah Tulungagung sendiri serta dari beberapa kota di Jatim. Biasanya, untuk 1 set stool tong dibanderol Rp 160 ribu per buah, sedangkan 1 buah stool tong seharga Rp 180 ribu
(ADI)