Mencicip Sego Langgi, Kuliner Kental Sejarah di Pantura Lamongan

Sego Langgi khas Lamongan (Foto / Istimewa) Sego Langgi khas Lamongan (Foto / Istimewa)
LAMONGAN : Kawasan pantura Lamongan memiliki banyak kuliner yang khas dan legendaris. Salah satunya, Sego Langgi. Selain hanya bisa ditemukan pada waktu tertentu, sego ini juga sarat akan nilai sejarah.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Lamongan mencatat Sego Langgi adalah salah satu kuliner khas yang berkaitan erat dengan tradisi masyarakat di Desa Sendangduwur, Kecamatan Paciran. Uniknya lagi, makanan ini hanya bisa ditemukan satu tahun sekali, yakni pada malam 15 Nisfu Sya’ban.

Sesuai tradisi yang berlaku, makanan ini dimakan secara bersama-sama oleh masyarakat setempat dalam satu lokasi dan hanya disuguhkan pada pada malam 14 Nisfu Sya’ban.

“Malam 15 Nisfu Sya’ban menjadi momentum yang selalu ditunggu oleh masyarakat Desa Sendangduwur dan desa Sendangagung. Pada bulan inilah sebuah tradisi dilaksanakan secara serentak oleh seluruh lapisan masyarakat desa setempat,” ujar Kabid Kebudayaan Disparbud Lamongan, Miftach Alamuddin, Minggu 27 Maret 2022.

Miftach menjelaskan, Sego Langgi merupakan bagian dari tradisi penguatan sistem sosial masyarakat Sendang yang sudah ada sejak masa Sunan Sendang Duwur atau Raden Noer Rohmat, yang kini makamnya terletak tepat di sebelah Masjid desa setempat atau dikenal dengan kawasan Bukit Amitunon.

Baca juga : 4 Cara Mengajarkan Anak Berpuasa, Coba Yuk!

Berdasarkan sejarah desa setempat, Miftach menuturkan, Sego Langgi tak hanya sekadar makanan, namun juga memuat tentang jejak perjalanan Sunan Sendang Duwur pada masa silam. Kala itu, saat Sang Sunan di tengah perjalanannya, ia merasa lapar dan akhirnya mencabut tanaman wilus yang berjumlah 9 dan dibungkus daun jati langsung masak.

Alhasil, bekas cabutan wilus tersebut kemudian ditandai dengan dibuatnya sumur yang kini dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan “Sumur Leng Songo/Sumur Grombyang”. Konon, saat malam Nisfu Sya’ban, sumur ini mengeluarkan air jernih yang khasiatnya dipercaya serupa air Zam-zam.

Air yang bersumber dari sumur tersebut juga biasa dijadikan minuman selepas makan Sego Langgi atau bahkan dibuat untuk memasak Sego Langgi. “Sego Langgi ini menjadi salah satu menu masakan yang disukai oleh Sunan Sendang,” kata Miftach.

Mengenai komposisinya, Mifctah memaparkan, bahwa Sego Langgi terbuat dari nasi putih yang dicampur dengan sambal kelapa dan sayur sayuran hijau seperti daun singkong, daun pepaya dan jenis sayuran lain. Porsi sayur-sayuran yang dihidangkan dalam Sego Langgi ini lebih banyak dibandingkan dengan nasinya. Biasanya, Sego Langgi ini juga dimakan dengan menggunakan ikan asin atau ikan yang digoreng.

“Sayur-sayuran ini sebelumnya sudah direbus kemudian diulet (dicampur, jawa). Nasi dan parutan kelapanya diberi bumbu khusus. Selain itu, sayuran yang disajikan berjumlah 7 (tujuh) macam jenis daun sebagai lambang do’a bil isyarah “Pitulung”, yaitu memohon pertolongan kepasa Allah yang Maha Kuasa,” papar Miftach.

Setelah Nasi Langgi dirasa sudah siap, Miftah menambahkan, lalu disajikan dalam satu talam besar untuk kemudian disantap secara bersama-sama oleh seluruh warga desa yang sudah berkumpul.

“Sebelum warga makan Sego Langgi bersama, diawali ritual dengan salat maghrib berjamaah. Warga juga terlebih dahulu menggelar acara doa atau wirid, serta pembacaan Surat Yasin 3 kali,” pungkasnya.


(ADI)

Berita Terkait